BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Akibat dari perkembangan teknologi yang
semakin canggih kita tidak menyadari ada efek negatif dari teknologi-teknologi
yang kita gunakan sekarang. Efek negatif yang sekarang telah nampak seperti hujan
asam, pemanasan global, efek rumah kaca dan lubang ozon masih belum memberikan
kesadaran penuh akan bahaya bagi kehidupan kedepan.
Dewasa ini masih banyak masyarakat awam
yang tidak memahami hujan asam, pemanasan global, efek rumah kaca dan lubang
ozon serta bahayanya. Ketidakpedulian terhadap lingkungan telah melupakan
kewajiban sebagai makhluk penghuni bumi yg perlu dijaga.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, maka ada beberapa pertanyaan terkait hujan asam,
pemanasan global, efek rumah kaca dan lubang ozon, yaitu:
1. Defenisi
dan akibat dari hujan asam, pemanasan global, efek rumah kaca dan lubang ozon?
2.
Bagaimana
proses terjadinya hujan asam, pemanasan global, efek rumah kaca dan lubang ozon?
3.
Siapa
sumber penyebab hujan asam, pemanasan global, efek rumah kaca dan lubang ozon?
4. Apa solusi
agar tidak terjadi hujan asam, pemanasan global, efek rumah kaca dan lubang
ozon?
1.3 Tujuan Penulisan
Berangkat
dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan ini adalah untuk:
1. Mengetahui defenisi
dan dampak hujan asam, pemanasan global, efek rumah kaca dan lubang ozon.
2. Mengetahui
proses terbentuknya hujan asam, pemanasan global, efek rumah kaca dan lubang
ozon.
3. Mengetahui
penyebab hujan asam, pemanasan global, efek rumah kaca dan lubang ozon.
4.
Mengetahui
solusi dari hujan asam, pemanasan global, efek rumah kaca dan lubang ozon.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Efek Rumah Kaca
A. Defenisi
Efek rumah kaca, yang pertama
kali diusulkan oleh Joseph
Fourier pada 1824, merupakan proses pemanasan permukaan suatu benda
langit (terutama planet atau
satelit) yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan atmosfernya. Istilah efek rumah kaca atau dalam bahasa inggris disebut dengan green house effect ini dulu
berasal dari pengalaman para petani yang tinggal di daerah beriklim sedang yang
memanfaatkan rumah kaca untuk
menanam sayur mayur dan juga bunga bungaan. Mengapa para petani menanam sayuran
di dalam rumah kaca ? Karena di dalam rumah kaca suhunya lebih tinggi dari pada di luar
rumah kaca. Suhu di dalam rumah kaca bisa lebih tinggi dari pada di luar,
karena Cahaya matahari yang menembus kaca akan dipantulkan kembali oleh benda
benda di dalam ruangan rumah kaca sebagai gelombang panas yang berupa sinar
infra merah, tapi gelombang panas tersebut terperangkap di dalam ruangan rumah
kaca dan tidak bercampur dengan udara dingin di luar ruangan rumah kaca tersebut. itulah gambaran sederhana
mengenai terjadinya efek
rumah kaca atau
disingkat dengan ERK. Kemudian dari pengalaman para petani di atas dikaitkan
dengan apa yang terjadi pada bumi dan atmosfir.
Seandainya tidak ada ERK, suhu rata-rata bumi akan
sekitar minus 180 derajat C — terlalu dingin untuk kehidupan manusia. Dengan
adanya ERK, suhu rata-rata bumi 330 derajat C lebih tinggi, yaitu 150 derajat
C. jadi dengan adanya efek rumah kaca menjadikan suhu bumi layak untuk
kehidupan manusia.
B. Penyebab
Lapisan
atmosfir yang terdiri dari, berturut-turut : troposfir, stratosfir, mesosfir dan termosfer: Lapisan terbawah
(troposfir) adalah bagian yang terpenting dalam kasus efek rumah kaca atau ERK.
Sekitar 35% dari radiasi matahari tidak sampai ke permukaan bumi. Hampir
seluruh radiasi yang bergelombang pendek (sinar alpha, beta dan ultraviolet)
diserap oleh tiga lapisan teratas. Yang lainnya dihamburkan dan dipantulkan
kembali ke ruang angkasa oleh molekul gas, awan dan partikel. Sisanya yang 65%
masuk ke dalam troposfir. Di dalam troposfir ini, 14 % diserap oleh uap air,
debu, dan gas-gas tertentu sehingga hanya sekitar 51% yang sampai ke permukaan
bumi. Dari 51% ini, 37% merupakan radiasi langsung dan 14% radiasi difus yang
telah mengalami penghamburan dalam lapisan troposfir oleh molekul gas dan
partikel debu. Radiasi yang diterima bumi, sebagian diserap sebagian
dipantulkan. Radiasi yang diserap dipancarkan kembali dalam bentuk sinar
inframerah.
Sinar
inframerah yang dipantulkan bumi kemudian diserap oleh molekul gas yang antara
lain berupa uap air atau H20, CO2, metan (CH4), dan ozon (O3). Sinar panas
inframerah ini terperangkap dalam lapisan troposfir dan oleh karenanya suhu
udara di troposfir dan permukaan bumi menjadi naik. Terjadilah efek rumah kaca.
Namun, ketika pancaran kembali sinar inframerah terperangkap oleh CO2 dan gas
lainnya, maka sinar inframerah akan kembali memantul ke bumi dan suhu bumi
menjadi naik. Dibandingkan dengan pada tahun 50-an misalnya, saat ini suhu bumi
telah naik sekitar 0,20 derajat C lebih.
Hal
tersebut bisa terjadi karena berubahnya komposisi GRK (gas rumah kaca), yaitu
meningkatnya konsentrasi GRK secara global akibat kegiatan manusia terutama
yang berhubungan dengan pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas, dan
batubara) seperti pada pembangkitan tenaga listrik, kendaraan bermotor, AC,
komputer, memasak. Selain itu GRK juga dihasilkan dari pembakaran dan
penggundulan hutan serta aktivitas pertanian dan peternakan, GRK yang
dihasilkan dari kegiatan tersebut, seperti karbondioksida, metana, dan
nitroksida. hal tersebut di atas juga merupakan salah satu penyebab pemanasan
global yang terjadi saat ini.
Gambar di bawah ini merupakan contoh dari efek rumah kaca yang sudah berubah komposisi gas rumah
kaca nya;
C. Akibat
Meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan iklim yang sangat ekstrem di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya
hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya
untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer. Pemanasan global mengakibatkan
mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub yang dapat menimbulkan naiknya
permukaan air laut. Efek rumah kaca juga akan mengakibatkan meningkatnya
suhu air laut sehingga air laut mengembang
dan terjadi kenaikan permukaan laut yang mengakibatkan negara kepulauan akan mendapatkan pengaruh yang
sangat besar.
Menurut
perhitungan simulasi, efek rumah kaca telah meningkatkan suhu rata-rata bumi
1-5 °C. Bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap seperti
sekarang akan menyebabkan peningkatan pemanasan global antara 1,5-4,5 °C sekitar
tahun 2030. Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 di
atmosfer, maka akan semakin banyak gelombang panas yang dipantulkan dari
permukaan bumi diserap atmosfer. Hal ini akan mengakibatkan suhu permukaan bumi menjadi meningkat.
Fakta yang terjadi sekarang:
1. Es di kutub mencair. Es seukuran kota Manhattan telah mencair ke samudera Arktik
pada tahun 2006. Permukaan Bumi yang diselimuti es di Kanada kini hanya tinggal
90% dari jumlahnya 100 tahun yang lalu. (Reuters, 2006).
2. Gelombang panas (badai
matahari) lebih mematikan. Di tahun 2003, gelombang panas luar biasa mengakibatkan
lebih dari 35.000 kematian di Eropa, dengan 15.000 angka kematian terjadi di
Perancis. (NewScientist.com, 2003).
3.Cuaca semakin ekstrim. Bencana alam yang terbesar dalam sejarah Amerika; Badai
Katrina membunuh lebih 1.700 orang dan meluluhlantakkan lebih 200.000 rumah.
(Wikipedia, 2006).
3. Tinggi permukaan laut
semakin meningkat. Peningkatan tinggi permukaan laut telah merendam
pulau-pulau tak berpenghuni (dan sebagian berpenghuni) di sebagian permukaan
Bumi. Sebagai contohnya, Lohachara telah memakan korban 10.000 jiwa. (The
Independent, 2006).
D. Solusi
Efek rumah kaca
dapat diatasi dengan memulai dari diri kita sendiri contoh kecilnya;
·
Gunakan
penerangan seperlunya dengan lampu yang hemat energi.
·
Hemat
listrik.
·
Kurangi
penggunaan kendaraan bermotor pribadi, gunakan kendaraan umum.
·
Gunakan
kendaraan non-motor.
·
Hentikan
penebangan pohon.
· Tanamlah pohon di sekitar tempat tinggal
agar udara segar dan menyerap emisi gas rumah kaca.
Selain itu, untuk mengurangi efek rumah kaca ada yang bisa dilakukan
alam ruang lingkup yang besar.seperti;
1.
Hilangkan semua subsidi untuk penggunaan bahan
bakar.
Subsidi
untuk energi fosil adalah beban jutaan dolar bagi pembayar pajak yang sementara
itu menghasilkan manfaat yang minimal. Meskipun program ini mungkin relatif
kecil mengingat ukuran pasar energi dalam negeri, mereka melayani hanya
sebagian orang. Potensi ancaman pemanasan global, apakah itu nyata atau tidak,
hanya satu jalan untuk menghilangkan program-program subsidi ini yaitu
Perjanjian internasional yang bertujuan untuk mengakhiri subsidi energi dengan
target mengikat yang akan memberi hasil signifikan bagi pengurangan emisi.
Contohnya seperti Protokol Kyoto, yang memaksa “diet energi” pada para negara
peserta.
2.
Mencabut program asuransi banjir.
Banyak
keprihatinan terhadap akibat membahayakan dari pemanasan global di AS berkaitan
dengan kenaikan permukaan laut dan banjir yang akan terjadi. Namun, banyak
potensi investasi berada di daerah-daerah rawan banjir dengan perlindungan dari
Program Asuransi Federal dari Pemerintah AS. Program ini mendorong pembangunan
di daerah-daerah rentan dengan bertindak semacam “moral hazard”, para investor
mengambil resiko yang lebih besar karena pemerintah menyatakan akan membantu
menanggung risiko itu. Reformasi terjadap program tersebut adalah jawaban lebih
realistis dari isu pemanasan global.
3.
Reformasi Air Traffic Control Systems.
Permintaan
yang lebih besar untuk perjalanan udara berarti lebih banyak penerbangan, yang
berarti lebih besar penggunaan bahan bakar dan meningkatkan emisi. Namun,
pemerintah saat ini masih mengacu pada sistem pengendalian lalu lintas udara,
yang didasarkan pada era 1920-an yaitu Sistem Beacon yang dapat menghalangi
inovasi yang dapat mengurangi penggunaan bahan bakar dan emisi. Sebagai aturan
umum, semakin pendek penerbangan, semakin sedikit bahan bakar akan dikonsumsi.
Namun, baik maskapai maupun pilot memiliki kebebasan untuk memilih rute yang
paling langsung dan ekonomis. Memberi pilot kebebasan untuk memetakan rute
tentu saja adalah yang menarik dan diinginkan di mata industri penerbangan, dan
dampak terhadap lingkungan akan luar biasa. Karena itu suatu reformasi
menyangku lalu lintas udara perlu dilakukan untuk mengurangi emisi akibat lalu
lintas udara yang kian padat di era globalisasi ini.
4.
Memfasilitasi kompetisi Penyedia Listrik Swasta yang
murah.
Dengan
menolak model peraturan pemerintah pusat yang memonopoli energi listrik dan
memungkinkan pemasok listrik swasta sebagai suplier listrik murah untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan, energi limbah dan emisi yang terkait akan
berkurang jauh, pemerintah dalam hal ini cukup sebagai regulator saja.
Pengurangan limbah ini akan membuktikan manfaat ekonomis bahkan jika emisi itu
sendiri tidak menimbulkan masalah.
5.
Mengurangi hambatan peraturan pembangunan energi
nuklir.
Tidak
ada teknologi lain selain nuklir yang terbukti mampu memberikan energi bebas
emisi pada skala yang dibutuhkan untuk membuat pengurangan signifikan dalam
emisi karbon. Masalahnya adalah bahwa berkat para aktivis lingkungan
anti-nuklir pada 1970-an, dibutuhkan waktu yang sangat lama untuk membangun sebuah
pabrik nuklir. Hal ini mendorong pengembangan dan biaya konstruksi sampai
tingkat tidak ekonomis dan kompetitif dengan membangun bentuk pembangkit
listrik dengan bahan bakar seperti batubara dan gas alam. Menurut lembaga
energi nuklir, dibutuhkan 10 tahun dari konsep untuk operasi untuk membangun
pabrik nuklir, dan hanya empat di antaranya adalah konstruksi, sisanya izin
pengembangan aplikasi (2 tahun) dan pengambilan keputusan oleh Komisi Pengatur
Nuklir (4 tahun).
2.2 PEMANASAN
GLOBAL
A. Defenisi
Suhu rata-rata global pada permukaan
Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa,
"sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad
ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia"
melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah
dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua
akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa
kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.
Model iklim yang dijadikan acuan
oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga
6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100. Perbedaan
angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda
mengenai emisi gas-gas rumah kaca pada masa mendatang, serta model-model
sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus
pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan
akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas
rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas kalor lautan.
Meningkatnya suhu global
diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan
air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem, serta perubahan
jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global
yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.
Beberapa hal yang masih diragukan
para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi
pada masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi
tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini
masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada,
tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih
lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada.
Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan
meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan
emisi gas-gas rumah kaca.
B. Penyebab Pemanasan Global
Perlu anda ketahui bahwa suhu
rata-rata permukaan di bumi ini meningkat 0.74 ± 0.18 °C dalam waktu 100 tahun
terakhir ini. Kenapa ini bisa terjadi? Berikut adalah beberapa penyebab utama
terjadinya Global Warming:
1.
Efek rumah kaca
Semua sumber energi yang ada di bumi
ini berasal dari energi Matahari yang sebagian besar berupa radiasi gelombang
pendek. Ketika energi tersebut dampai di Bumi, ia akan berubah menjadi panas
yang bisa menghangatkan bumi. Namun tidak semua panas yang sampai di bumi akan
diserap, sebagian lagi akan dipantulkan kembali ke luar angkasa. Namun sebagian
dari panas yang dipantulkan ini tetap terperangkap di dalam atmosfer bumi
karena menumpuknya gas rumah kaca (Karbon Dioksida, Metana, Sulfur Dioksida dan
uap air). Hal ini terjadi karena gas-gas tersebut mampu menyerap dan
memantulkan energi panas dalam bentuk radiasi gelombang yang dipancarkan bumi.
Akibatnya energi panas tadi akan terus tersimpan di permukaan bumi. Proses ini
terus terjadi dari waktu ke waktu, dan akibatnya suhu rata-rata permukaan bumi
pun terus meningkat.
2.
Efek umpan balik
Salah satu penyebab Global Warming
adalah adanya efek umpan balik. Contoh terjadinya efek umpan balik ini adalah
pada proses penguapan air. Meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi serta
lautan akan menyebabkan meningkatnya penguapan air ke atmosfer. Seperti yang
sudah disebutkan di atas tadi, uap air sendiri termasuk gas rumah kaca yang
memicu terjadinya Global Warming. Ini mengakibatkan pemanasan akan terus
menerus berlangsung dan menambah uap air di atmosfer hingga kesetimbangan
konsentrasi uap air tercapai.
3.
Variasi matahari
Beberapa Ilmuan berpendapat bahwa
variasi dari matahari, yang kemudian diperkuat oleh efek umpan balik dari awan,
mampu memberikan kontribusi dalam pemanasan global saat ini. Aktivitas matahari
yang meningkat dapat menyebabkan meningkatnya suhu stratosfer (salah satu
lapisan di atmosfer). Fenomena variasi matahari serta aktivitas gunung berapi
di berbagai belahan bumi ini diperkirakan telah menyebabkan efek pemanasan
sejak era pra-industri sampai tahun 1950, serta menimbulkan efek pendinginan
sejak th 1950.
C. Proses Terjadinya Global Warming
- Energi
matahari diserap dan dipantulkan oleh atmosfer bumi.
- permukaan
bumi meresap dan meradisaikan energi matahari yang diserap ke luar angkasa.
- gas
rumah kaca menyerap panas yang diradiasikan melalui atmosfer.
- gas
meradiasikan kembali panas ke segala arah sebagian besar tetap di atas.
- lebih
banyak gas artinya lebih banyak panas yang terperangkap di atmosfer.
- otomatis
suhu akan meningkat.
- terjadilah
gelobal warming.
D. Dampak Pemanasan Global
Para ilmuwan menggunakan model
komputer dari suhu, pola presipitasi, dan sirkulasi atmosfer untuk mempelajari
pemanasan global. Berdasarkan model tersebut, para ilmuwan telah membuat
beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan
manusia.
1.
Iklim mulai tidak stabil
Para ilmuwan memperkirakan bahwa
selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern
Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya,
gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es
yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya
mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan
di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan
lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Suhu pada
musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk
meningkat.
Daerah hangat akan menjadi lebih
lembap karena lebih banyak air yang menguap dari lautan. Para ilmuwan belum
begitu yakin apakah kelembapan tersebut malah akan meningkatkan
atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan
meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap air
yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan
memantulkan cahaya Matahari kembali ke angkasa luar, dimana hal ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air). Kelembapan yang tinggi akan
meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap
derajat Fahrenheit pemanasan. (Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat
sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini)[22]. Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari
tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya.
Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan
badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan
menjadi lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode
yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi
dan lebih ekstrem.
2.
Peningkatan permukaan laut
Perubahan tinggi rata-rata muka laut diukur dari
daerah dengan lingkungan yang stabil secara geologi.
Ketika atmosfer menghangat, lapisan
permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan
menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di
kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air
di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 -
10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuwan IPCC memprediksi peningkatan
lebih lanjut 9 – 88 cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-21.
Perubahan tinggi muka laut akan
sangat memengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi)
akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir
akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air
pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana
yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara
miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai.
Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka
laut akan sangat memengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm (20 inchi)
akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa baru juga akan
terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah dibangun.
Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dari Florida Everglades.
3.
Suhu global cenderung
meningkat
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi
yang hangat akan menghasilkan lebih banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal
ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan
mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa
tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah
pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat
menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi
sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam.
Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang
lebih hebat.
4.
Gangguan ekologis
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk
hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan
telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk
bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah
pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat.
Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini.
Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh
kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies
yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.
5.
Dampak sosial dan politik
Perubahan
cuaca dan lautan dapat
mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang panas juga dapat
menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrem dan
peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat
menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir,
badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam
biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit,
dan lain-lain.
Pergeseran
ekosistem dapat
memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air (Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Seperti
meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang
biak. Dengan adamya perubahan iklim ini maka ada beberapa spesies vektor
penyakit (eq Aedes aegypti), Virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten
terhadap obat tertentu yang target nya adalah organisme tersebut. Selain itu
bisa diprediksi kan bahwa ada beberapa spesies yang secara alamiah akan
terseleksi ataupun punah dikarenakan perbuhan ekosistem yang ekstreem ini. hal
ini juga akan berdampak perubahan iklim (Climate change)yang bisa berdampak
kepada peningkatan kasus penyakit tertentu seperti ISPA (kemarau panjang /
kebakaran hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan tidak menentu)
E. Solusi Tepat Mengatasi Global Warming
Global
warming atau efek pemanasan global adalah suatu bahan pembicaraan yang selalu
menarik untuk dibahas. Mengapa demikian? Karena semenjak suhu di bumi terus
menerus mengalami kenaikan, yakni sekitar 0,130C per dekade, masyarakat mulai
mengalami kepanikan luar biasa. Ditambah lagi dengan kenyataan bahwa kenaikan
suhu rata-rata di planet bumi telah mencairkan es di kutub utara, menaikkan
ketinggian rata-rata laut, dan acapkali menimbulkan banjir serta badai.
Menyikapi
hal ini, maka beberapa negara merasa perlu untuk meminimalisir efek negatif
dari global warming. Dimulai dengan diratifikasinya Kyoto Protocol pada bulan
Desember 1997. Semenjak itu, seringkali diadakan konferensi multilateral yang
membahas metode terbaru dan efektif dalam mengatasi global warming.
Tahun
ini, kegiatan tahunan Conference of Parties yang ke-13 dari United Nations
Framework Convention on Climate Change akan diadakan di Denpasar, Bali pada
tanggal 3-14 Desember 2007. Pertemuan ini rencananya akan dihadiri oleh 189 negara.
Melihat
pentingnya acara ini, maka saya ingin menyampaikan pendapat saya mengenai
metode yang paling efektif dalam mengatasi global warming di dunia pada umunya
dan di Indonesia pada khususnya.
Pertama-tama,
kita harus meninjau penyebab global warming terlebih dahulu. Dari penelitian,
ditemukan bahwa salah satu penyebab global warming adalah gas CO2 dimana gas
tersebut menahan panas dari dalam bumi untuk keluar ke ruang angkasa sehingga
panas tersebut akan memantul lagi ke dalam bumi dan kemudian meningkatkan suhu
di permukaan bumi. CO2 yang utama berasal dari pembakaran bahan bakar fosil.
Adapun gas-gas lain yang memiliki andil dalam menciptakan efek rumah kaca
adalah CFC, metana, uap air, dan ozon. CFC (chloro fluoro carbon), yang banyak
digunakan dalam sistem pendingin, dapat melubangi ozon (O3) sehingga O3
berubah jadi O2 yang tidak dapat menyerap sinar UV. Kondisi ini membuat sinar
matahari lanngsung ke jatuh ke bumi. Sementara metana berasal dari kotoran
ternak.
Melihat
hal ini, berbagai pihak telah berusaha menemukan cara terbaik dalam
memperlambat serta meminimalisir efek negatif dari global warming.
1.
Mengurangi pemakaian bahan-bakar fosil
secara drastis
Bahan
bakar fosil dianggap sebagai biang keladi global warming karena pembakarannya
yang menghasilkan gas CO2. Salah satu yang dianggap bermasalah adalah mobil.
Oleh karena itu, banyak organisasi-organisasi berbasis kelingkungan yang
melarang penggunaan mobil.
2.
Mengurangi deforestasi
Seperti
telah dijelaskan sebelum-sebelumnya, deforestasi atau perusakan hutan
mengakibatkan terganggunya kemampuan hutan menyerap CO2 disamping meningkatnya
kemungkinan terjadi banjir dan tanah longsor. Untuk itu perlu diupayakan untuk
menanam kembali hutan yang gundul (reboisasi).
3.
Memberlakukan standar emisi kendaraan
bermotor
Semenjak
tahun 1990-an, negara-negara di Eropa telah memberlakukan standar emisi
kendaraan bermotor yang disebut Euro. Fungsinya adalah agar mobil-mobil yang
beredar memiliki emisi gas buang yang kurang lebih sama. Konsekuensinya,
kendaraan yang tidak memenuhi standar emisi yang berlaku diharuskan membayar
pajak yang lebih besar. Hingga saat ini standar Euro IV telah diaplikasikan dan
segera akan diganti dengan Euro V, sementara di Indonesia baru saja dimulai
Euro II.
4.
Memperbaiki kesadaran masyarakat akan
sampah dan lingkungan
Seberapa
hebat sebuah rencana penanggulangan global warming, tanpa didukung oleh
masyarakat, semuanya adalah sia-sia. Mengapa? Karena masyarakatlah yang
berperan secara aktif dalam menanggulangi efek rumah kaca. Tanpa peran serta
masyarakat secara aktif mustahil efek rumah kaca dapat diminimalisir.
5.
Mengusahakan penggunaan energi alternatif
Beberapa
macam metode pemakaian energi akternatif telah diupayakan. Seperti pemakaian
pemanas bertenaga matahari, minimalisir pemakaian listrik dan gas untuk
kebutuhan rumah tangga. Dalam industri otomotif, telah diperjualbelikan
mobil-mobil dengan sistem fuel cell dan hybrid, seperti Toyota Prius, Honda
FC-X, dan Honda Civic Hybrid. Sekarang ini tengah dicoba pengablikasian BBM campuran
E-85 atau etanol 85, yang artinya 85% etanol dan 15% bensin biasa.
6.
Sanksi emisi
Sesuai
dengan isi Kyoto Protocol, bahwa negara-negara maju yang menghasilkan emisi
lebih tinggi dari kuota diwajibkan membayar denda yang kemudian akan disalurkan
ke negara-negara dunia ketiga demi pembangunan infratruktur mereka. Di satu
sisi, cara ini baik, karena dapat menyadarkan negara-negara adidaya, seperti
Amerika Serikat untuk menjaga jumlah emisi yang dibuang ke alam. Namun di sisi
lain, jika negara tersebut kaya dan egois, maka mereka hanya membayar denda
tanpa peduli dan berusaha mengurangi tingkat emisinya.
2.3 HUJAN ASAM
A. Defenisi
Diartikan
sebagai segala macam hujan
dengan pH
di bawah 5,6. Hujan secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah 6) karena karbondioksida
(CO2) di udara
yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Jenis asam
dalam hujan ini sangat bermanfaat karena membantu melarutkan mineral
dalam tanah
yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang.
Hujan asam
disebabkan oleh belerang
(sulfur) yang merupakan pengotor dalam bahan bakar
fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat
ini berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat
dan asam nitrat
yang mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan. Air hujan yang asam tersebut
akan meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan yang terbukti
berbahaya bagi kehidupan.
B. Sumber
Secara alami hujan asam dapat
terjadi akibat semburan dari gunung berapi dan dari proses biologis di tanah,
rawa, dan laut. Akan tetapi, mayoritas hujan asam disebabkan oleh aktivitas
manusia seperti industri, pembangkit tenaga listrik, kendaraan bermotor dan pabrik pengolahan pertanian
(terutama amonia). Gas-gas yang dihasilkan oleh
proses ini dapat terbawa angin hingga ratusan kilometer di atmosfer sebelum berubah menjadi asam dan
terdeposit ke tanah.
Hujan asam karena proses industri
telah menjadi masalah yang penting di Republik Rakyat Cina, Eropa Barat, Rusia dan daerah-daerah di arahan
anginnya. Hujan asam dari pembangkit tenaga listrik di Amerika Serikat bagian Barat telah merusak
hutan-hutan di New York dan New England. Pembangkit tenaga listrik ini
umumnya menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya.
C. Proses Terjadinya Hujan Asam
Akhir-akhir ini cuaca semakin tidak
menentu, seringkali terlihat teriknya matahari dan tiba-tiba mendung lalu turun
hujan. Pada kali ini akan sedikit mengulas mengelai Proses Pembentukan Hujan
Asam, mengapa dapat terjadi hujan asam? Inilah pembahasannya, semoga
bermanfaat.
Hujan asam ini dapat terbentuk
akibat dari proses reaksi gas yang mengandung sulfat. Sulfat dioksida (SO2)
yang bereaksi dengan Oksigen (O2) dengan bantuan dari sinar ultraviolet yang
berasal dari sinar matahari.
Proses ini akan menghasilkan sulfat trioksida (SO3)
yang menyatu setelah reaksi tersebut, yakni melalui air laut yang naik ke udara
dengan tujuan menghasilkan asam sulfida (H2SO4), proses ini kemudian menyatu dengan
gas yang terdapat di udaraseperti amonia yang menghasilkan susunan partikel
baru yaitu asam sulfat amonia.
Partikel yang tersisa dan mengendap di udara akan
membentuk tetesan halus yang dipindahkan oleh angin dari satu tempat ke tempat
yang lainnya. Ketika tempat jatuhnya air hujan sudah tepat, maka tetesan asam
belerang (sulfat) dan butiran-butiran sulfat amonia akan terurai di air hujan
dan jatuh ke permukaan bumi menjadi hujan asam.
Hujan asam tidak baik untuk lingkungan hidup
(ekosistem) dan sangat berbahaya jika digunakan oleh manusia, karena air hujan
asam mempunyai rasa yang sangat pahit dan dapat meningkatkan kadar keasaman
air.
Nitrogen Oksida (NO) bersama sulfat oksida (SO) merupakan bagian dalam
pembentukan hujan asam. Nitrogen oksida akan mengubah oksigen dan sinar
ultraviolet menjadi asam nitrogen. Seperti zat yang lainnya, ia akan tersisa di
udara bersama hembusan angin serta mendapatkan tempat yang cocok untuk hujan deras,
kemudia terurai membentuk hujan asam yang terasa pedas dan menyengat.
D. Dampak Hujan Asam
Terjadinya hujan asam harus
diwaspadai karena dampak yang ditimbulkan bersifat global dan dapat menggangu
keseimbangan ekosistem. Hujan asam memiliki dampak tidak hanya pada lingkungan
biotik, namun juga pada lingkungan abiotik, antara lain :
·
Danau
Kelebihan zat asam pada danau akan
mengakibatkan sedikitnya species yang bertahan. Jenis Plankton dan invertebrate
merupakan mahkluk yang paling pertama mati akibat pengaruh pengasaman. Apa yang
terjadi jika didanau memiliki pH dibawah 5, lebih dari 75 % dari spesies ikan
akan hilang (Anonim, 2002). Ini disebabkan oleh pengaruh rantai makanan, yang
secara signifikan berdampak pada keberlangsungan suatu ekosistem. Tidak semua
danau yang terkena hujan asam akan menjadi pengasaman, dimana telah ditemukan
jenis batuan dan tanah yang dapat membantu menetralkan keasaman.
·
Tumbuhan dan Hewan
Hujan asam yang larut bersama
nutrisi didalam tanah akan menyapu kandungan tersebut sebelum pohon-pohon dapat
menggunakannya untuk tumbuh. Serta akan melepaskan zat kimia beracun seperti
aluminium, yang akan bercampur didalam nutrisi. Sehingga apabila nutrisi ini
dimakan oleh tumbuhan akan menghambat pertumbuhan dan mempercepat daun berguguran,
selebihnya pohon-pohon akan terserang penyakit, kekeringan dan mati. Seperti
halnya danau, Hutan juga mempunyai kemampuan untuk menetralisir hujan asam
dengan jenis batuan dan tanah yang dapat mengurangi tingkat keasaman.
Pencemaran udara telah menghambat
fotosintesis dan immobilisasi hasil fotosintesis dengan pembentukan metabolit
sekunder yang potensial beracun. Sebagai akibatnya akar kekurangan energi,
karena hasil fotosintesis tertahan di tajuk. Sebaliknya tahuk mengakumulasikan
zat yang potensial beracun tersebut. Dengan demikian pertumbuhan akar dan
mikoriza terhambat sedangkan daunpun menjadi rontok. Pohon menjadi lemah dan
mudah terserang penyakit dan hama.
Penurunan pH tanah akibat deposisi
asam juga menyebabkan terlepasnya aluminium dari tanah dan menimbulkan
keracunan. Akar yang halus akan mengalami nekrosis sehingga penyerapan hara dan
iar terhambat. Hal ini menyebabkan pohon kekurangan air dan hara serta akhirnya
mati. Hanya tumbuhan tertentu yang dapat bertahan hidup pada daerah tersebut, hal
ini akan berakibat pada hilangnya beberapa spesies. Ini juga berarti bahwa
keragaman hayati tamanan juga semakin menurun.
Kadar SO2 yang tinggi di hutan
menyebabkan noda putih atau coklat pada permukaan daun, jika hal ini terjadi
dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan kematian tumbuhan tersebut.
Menurut Soemarmoto (1992), dari analisis daun yang terkena deposisi asam
menunjukkan kadar magnesium yang rendah. Sedangkan magnesium merupakan salah
satu nutrisi assensial bagi tanaman. Kekurangan magnesium disebabkan oleh
pencucian magnesium dari tanah karena pH yang rendah dan kerusakan daun
meyebabkan pencucian magnesium di daun.
Sebagaimana tumbuhan, hewan juga
memiliki ambang toleransi terhadap hujan asam. Spesies hewan tanah yang
mikroskopis akan langsung mati saat pH tanah meningkat karena sifat hewan
mikroskopis adalah sangat spesifik dan rentan terhadap perubahan lingkungan
yang ekstrim. Spesies hewan yang lain juga akan terancam karena jumlah produsen
(tumbuhan) semakin sedikit. Berbagai penyakit juga akan terjadi pada hewan
karena kulitnya terkena air dengan keasaman tinggi. Hal ini jelas akan
menyebabkan kepunahan spesies.
·
Kesehatan Manusia
Dampak deposisi asam terhadap
kesehatan telah banyak diteliti, namun belum ada yang nyata berhubungan langsung
dengan pencemaran udara khususnya oleh senyawa Nox dan SO2. Kesulitan yang
dihadapi dkarenakan banyaknya faktor yang mempengaruhi kesehatan seseorang,
termasuk faktor kepekaan seseorang terhadap pencemaran yang terjadi. Misalnya
balita, orang berusia lanjut, orang dengan status gizi buruk relatif lebih
rentan terhadap pencemaran udara dibandingkan dengan orang yang sehat.
Berdasarkan hasil penelitian,
sulphur dioxide yang dihasilkan oleh hujan asam juga dapat bereaksi secara
kimia didalam udara, dengan terbentuknya partikel halus suphate, yang mana
partikel halus ini akan mengikat dalam paru-paru yang akan menyebabkan penyakit
pernapasan. Selain itu juga dapat mempertinggi resiko terkena kanker kulit
karena senyawa sulfat dan nitrat mengalami kontak langsung dengan kulit.
·
Korosi
Hujan asam juga dapat mempercepat
proses pengkaratan dari beberapa material seperti batu kapur, pasirbesi,
marmer, batu pada diding beton serta logam. Ancaman serius juga dapat terjadi
pada bagunan tua serta monument termasuk candi dan patung. Hujan asam dapat
merusak batuan sebab akan melarutkan kalsium karbonat, meninggalkan kristal
pada batuan yang telah menguap. Seperti halnya sifat kristal semakin banyak
akan merusak batuan.
E. Upaya Pengendalian Deposisi Asam
Usaha untuk mengendalikan
deposisi asam ialah menggunakan bahan bakar yang mengandung sedikit zat
pencemae, menghindari terbentuknya zat pencemar saar terjadinya pembakaran,
menangkap zat pencemar dari gas buangan dan penghematan energi.
1.
Bahan Bakar Dengan kandungan Belerang
Rendah.
Kandungan
belerang dalam bahan bakar bervariasi. Masalahnya ialah sampai saat ini
Indonesia sangat tergantung dengan minyak bumi dan batubara, sedangkan minyak
bumi merupakan sumber bahan bakar dengan kandungan belerang yang tinggi.
Penggunaan gas
asalm akan mengurangi emisi zat pembentuk asam, akan tetapi kebocoran gas ini
dapat menambah emisi metan. Usaha lain yaitu dengan menggunakan bahan bakar
non-belerang misalnya metanol, etanol dan hidrogen. Akan tetapi penggantian
jenis bahan bakar ini haruslah dilakukan dengan hati-hati, jika tidak akan
menimbulkan masalah yang lain. Misalnya pembakaran metanol menghasilkan dua
sampai lima kali formaldehide daripada pembakaran bensin. Zat ini mempunyai
sifat karsinogenik (pemicu kanker).
2.
Mengurangi kandungan Belerang
sebelum Pembakaran.
Kadar belarang
dalam bahan bakar dapat dikurangi dengan menggunakan teknologi tertentu. Dalam
proses produksi, misalnya batubara, batubara diasanya dicuci untukk
membersihkan batubara dari pasir, tanah dan kotoran lain, serta mengurangi
kadar belerang yang berupa pirit (belerang dalam bentuk besi sulfida( sampai
50-90% (Soemarwoto, 1992).
3.
Pengendalian Pencemaran Selama
Pembakaran.
Beberapa
teknologi untuk mengurangi emisi SO2 dan Nox pada waktu pembakaran telah dikembangkan.
Slah satu teknologi ialah lime injection in multiple burners (LIMB). Dengan
teknologi ini, emisi SO2 dapat dikurangi sampai 80% dan NOx 50%.
Caranya dengan
menginjeksikan kapur dalam dapur pembakaran dan suhu pembakaran diturunkan
dengan alat pembakar khusus. Kapur akan bereaksi dengan belerang dan membentuk
gipsum (kalsium sulfat dihidrat). Penuruna suhu mengakibatkan penurunan
pembentukan Nox baik dari nitrogen yang ada dalam bahan bakar maupun dari
nitrogen udara.
Pemisahan
polutan dapat dilakukan menggunakan penyerap batu kapur atau Ca(OH)2. Gas buang
dari cerobong dimasukkan ke dalam fasilitas FGD. Ke dalam alat ini kemudian
disemprotkan udara sehingga SO2 dalam gas buang teroksidasi oleh oksigen
menjadi SO3. Gas buang selanjutnya "didinginkan" dengan air, sehingga
SO3 bereaksi dengan air (H2O) membentuk asam sulfat (H2SO4). Asam sulfat
selanjutnya direaksikan dengan Ca(OH)2 sehingga diperoleh hasil pemisahan
berupa gipsum (gypsum). Gas buang yang keluar dari sistem FGD sudah terbebas
dari oksida sulfur. Hasil samping proses FGD disebut gipsum sintetis karena
memiliki senyawa kimia yang sama dengan gipsum alam.
4.
Pengendalian Setelah Pembakaran.
Zat pencemar
juga dapat dikurangi dengan gas ilmiah hasil pembakaran. Teknologi yang sudah
banyak dipakai ialah fle gas desulfurization (FGD) (Akhadi, 2000. Prinsip
teknologi ini ialah untuk mengikat SO2 di dalam gas limbah di cerobong asap
dengan absorben, yang disebut scubbing (Sudrajad, 2006). Dengan cara ini 70-95%
SO2 yang terbentuk dapat diikat. Kerugian dari cara ini ialah terbentuknya
limbah. Akan tetapi limbah itu dapat pula diubah menjadi gipsum yang dapat
digunakan dalam berbagai industri. Cara lain ialah dengan menggunakan amonia
sebagai zat pengikatnya sehingga limbah yang dihasilkan dapat dipergunakan
sebagi pupuk.
Selain dapat
mengurangi sumber polutan penyebab hujan asam, gipsum yang dihasilkan melalui
proses FGD ternyata juga memiliki nilai ekonomi karena dapat dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan, misal untuk bahan bangunan. Sebagai bahan bangunan, gipsum
tampil dalam bentuk papan gipsum (gypsum boards) yang umumnya dipakai sebagai
plafon atau langit-langit rumah (ceiling boards), dinding penyekat atau pemisah
ruangan (partition boards) dan pelapis dinding (wall boards).
Amerika Serikat
merupakan negara perintis dalam memproduksi gipsum sintetis ini. Pabrik
wallboard dari gipsum sintetis yang pertama di AS didirikan oleh Standard
Gypsum LLC mulai November tahun 1997 lalu. Lokasi pabriknya berdekatan dengan
stasiun pembangkit listrik Tennessee Valley Authority (TVA) di Cumberland yang
berkapasitas 2600 megawatt.
Produksi gipsum
sintetis merupakan suatu terobosan yang mampu mengubah bahan buangan yang
mencemari lingkungan menjadi suatu produk baru yang bernilai ekonomi. Sebagai
bahan wallboard, gipsum sintetis yang diproduksi secara benar ternyata memiliki
kualitas yang lebih baik dibandingkan gipsum yang diperoleh dari penambangan.
Gipsum hasil proses FGD ini memiliki ukuran butiran yang seragam. Mengingat
dampak positifnya cukup besar, tidak mustahil suatu saat nanti, setiap PLTU
batu bara akan dilengkapi dengan pabrik gipsum sintetis.
5.
Mengaplikasikan prinsip 3R (Reuse,
Recycle, Reduce)
Hendaknya
prinsip ini dijadikan landasan saat memproduksi suatu barang, dimana produk itu
harus dapat digunakan kembali atau dapat didaur ulang sehingga jumlah sampah
atau limbah yang dihasilkan dapat dikurangi. Teknologi yang digunakan juga
harus diperhatikan, teknologi yang berpotensi mengeluarkan emisi hendaknya
diganti dengan teknologi yang lebih baik dan bersifat ramah lingkungan. Hal ini
juga berkaitan dengan perubahan gaya hidup, kita sering kali berlomba membeli
kendaraan pribadi, padahal transportasilah yang merupakan penyebab tertinggi
pencemaran udara. Oleh karena itu kita harus memenuhi kadar baku mutu emisi,
baik di industri maupun transportasi
2.4 LUBANG OZON
A. Definisi
Ozon
terdiri dari tiga molekul oksigen dan amat berbahaya terhadap kesehatan
manusia. Secara alamiah, ozon dihasilkan melalui pencampuran cahaya ultra
violet dengan atmosfer bumi dan membentuk suatu lapisan ozon pada ketinggian 50
kilometer, sedangkan lubang ozon bukanlah “lubang” dalam arti sebenarnya tetapi
lebih mengacu pada menipisnya ozon dari angka normal atau suatu area ozon yang
tipis pada lapisan ozon. Lubang ozon didefinisikan oleh komunitas ilmuan
sebagai: jika jumlah kolom ozon di atmosfer berada di bawah 220 Dobson units.
Lubang ozon sekarang muncul setiap tahun di Antartika pada bulan September,
yang mana pada kutub selatan merupakan musim semi. selama waktu ini, level ozon
disebagian besar Antartika berkurang sekitar 60% dari jumlah biasanya.
B. Proses
Gas
hasil pembakaran (sampah, hutan, ban bekas ketika demo, dapur rumah tangga di
desa dll), knalpot kendaraan (Sepeda motor, Truk Bus mobil kapal laut pesawat
dll), cerobong berbagai macam pabrik akan terkumpul di Angkasa (atmosfir) jauh
di atas sana dan bereaksi secara kimia dengan ozon (O3) shg terbentuk bermacam2
zat kimia lain (H2SO4, HCl, HNO3 dll). Dlm proses ini dgn jangka waktu yg
panjang dan kurangnya O2 (Oksigen) yg terbentuk ( karena penggundulan hutan /
penebangan liar / ilegal ) maka O3 yg ada di atmosfir semakin hari semakin
berkurang dan pasokan O2 semakin sedikit, maka terjadilah fenomena rumah kaca
(sinar matahari yg banyak mengandung sinar UV akan menembus bumi tanpa
perlindungan oleh Ozon (O3) di suatu tempat tertentu) itulah proses terjadinya
lubang Ozon.
C. Sumber
Sumber
terjadinya lubang ozon adalah dari bahan yang diperlukan oleh industri baik untuk manufaktur AC/Refrigerasi dan
Industri Busa, maupun untuk kegiatan servis produk (barang) yang menggunakan BPO. Umumnya penggunaan CFC dan HCFC sebagian untuk membantu daya semprot pada peralatan kosmetik (cth. hairspray), semprot nyamuk, peralatan pemeliharaan otomotif, pembersih rumah, cat semprot dan alat kesehatan. Selain itu CFC dan HCFC dipergunakan untuk membuat busa pelapis insulasi panas yang digunakan untuk menahan panas agar tidak masuk kedalam lemari pendingin dan mencegah dingin tidak keluar dari peralatan pendingin. Penggunaan CFC dan HCFC pada pembuatan busa sol sepatu, tempat tidur, jok kursi dan stereoform pada wadah makanan. SElain CFC dan HCFC, dikenal pula istilah halon, penggunaan halon untuk bahan pemadam kebakaran dan masih banyak seperti dibawah ini; Penggunaan BPO CFC dan HCFC sebagai bahan pendingin pada
AC, Penggunaan BPO CFC dan HCFC sebagai bahan pendingin untuk Refrigerasi. Penggunaan CFC-11 sebagai bahan pengembang tembakau pada rokok rendah tar. Penggunaan
BPO : CFC, HCFC, CTC dan TCA untuk bahan pelarut digunakan sebagai bahan untuk membantu membersihkan peralatan. Fumigasi Hama : Metil Bromida dan Penggunaan BPO Methil Bromida untuk fumigasi hama Permasalahan selain merusak lapisan ozon, BPO yang terlepas ke atmosfir memberikan kontribusi terhadap pemanasan global dengan adanya emisi CO2. Semakin banyaknya peralatan yang menggunakan BPO semakin besar tantangan untuk mencegah terjadinya emisi yang merusak lapisan ozon dan menyebabkan pemanasan global. Oleh sebab itu penangan barang-barang bekas yang memiliki BPO dalam sistemnya menjadi penting diperhatikan.
D. Dampak
Menipisnya
lapisan ozon menyebabkan :
· Kemerosotan
Ozon Global
· Meningkatnya radiasi ultraviolet matahari terutama UV-B yang mampu mencapai permukaan bumi
· Pemanasan
Global
·
Cuaca yang tidak kondusif
E. Solusi
Secara individu dapat melakukan:
·
Mengurangi Penggunaan AC
·
Mengurangi Merokok
·
Menjaga Lingkungan sekitar
·
Mengurangi penggunaan Parfum atau alat
penyemprot lainnya
Secara
skala Internasional:
Upaya Pengaturan:
Internasional.
Sebenarnya upaya sudah dilakukan oleh
masyarakat
Internasional misalnya dengan adanya Konvensi
Wina (Vienna
Convention – 1985) yang membahas lebih rinci
mengenai
perlindungan lapisan ozon. Pertemuan ini sudah
sampai pada
pertemuan yang ke 9 atau yang dikenal dengan
COP-9.
Sedangkan Protokol Montreal 1987 yang membahas
langkah-langkah untuk membatasi produksi dan konsumsi bahan-bahan kimia perusak lapisan ozon. Sudah sering kali dilakukan, sampai tahun ini MOP sudah yang ke 23 kali pertemuannya dilakukan. Pemerintah Indonesia sudah berupaya menjalankan tugas dan kewajibannya melaksanakan penghapusan BPO secara bertahap melalui pengurangan impor BPO secara bertahap, Alih teknologi untuk menghentikan penggunaan BPO. Mengelola BPO yang beredar di Indonesia. Mencegah terlepasnya emisi BPO terlepas ke atmosfir. Meningkatkan kesadaran dan peran serta seluruh pemangku kepentingan.